PENTIGRAF: Partiyem Selama Lockdown (Part 3)
Perasaan Partiyem cukup tenang untuk urusan makan esok
hari karena daging yang dititipkan ke Bu Karminto masih utuh. Malam itu Partiyem
mendatangi rumah Bu Karminto. Dia menyampaikan bahwa besok dagingnya akan
diambil untuk di masak. Dengan raut curiga Bu Karminto menanyai Partiyem apakah
dia bisa memasak daging. Partiyem menunjukkan keraguannya. Sikap ini tertangkap
oleh Bu Karminto. Dia menawarkan diri untuk membantu Partiyem memasak
dagingnya. Dengan perasaan tidak nyaman, Partiyem menyetujui tawaran itu.
Jadilah Partiyem tidak memasak sendiri dagingnya. Dia berfikir bahwa itu lebih
tepat, toh dia sendiri bingung akan dimasak dengan bumbu apa daging itu. Segera
ia kabarkan soal daging itu ke anak-anak setibanya dirumah. Dengan riang ketiga
anak Partiyem membayangkan bahwa besok mereka akan makan daging. Sri mulai
berfantasi makan nasi dengan lauk daging sampai dia dan semua anggota
keluarganya tertidur.
Bu Karminto mengambil daging titipan Partiyem dari
dalam kulkas dan mulai mengiris-irisnya kemudian memasaknya. Jadilah sepiring
penuh sate daging besar-besar bumbu merah. Itu adalah menu favorit keluarga
Karminto yang di makan bersama sayur asem Jakarta. Tepat pada waktu yang
dijanjikan Partiyem datang mengambil sate daging itu. Partiyem mematung kaku
memandangi sate yang sudah diserahkan kepadanya. Betapa tidak, sate itu hanya
separuh piring, jauh lebih sedikit dari yang dia bayangkan. Rupanya Bu Karminto
telah terlebih dahulu mengambil setengah dari sate tersebut untuk dia dan
keluarganya. Panggilan Bu Karminto menyadarkan Partiyem dari lamunannya. Dengan
gagap dia menanyakan apakah cuma itu dagingnya. Bu Karminto melotot seperti
hendak mengatakan berani-beraninya Partiyem menuduhnya mengambil sebagian sate
itu. Dengan tatapan tajam Bu Karminto mengiyakan bahwa dagingnya memang segitu dan
memberi sedikit penjelasan. Dia mengatakan bahwa daging kalau dimasukkan ke
kulkas, maka daging tersebut akan menyusut. Padahal hanya daging sapi
gelonggongan yang bisa menyusut. Toh Partiyem percaya. Lantas dia bermaksud
memberikan sebagian sate kepada Bu Karminto tetapi ditolak dengan alasan dia
dan keluarga terlalu sering makan daging.
Partiyem dan anak-anaknya bersiap makan siang. Di atas
nasi yang masih mengepulkan asap di piring, mereka menaruh satu-satu tusuk sate
daging bumbu merah. Hmmm, terlihat lezat sekali. Setelah berdoa, mulailah
mereka makan dan menggigit sate-sate mereka. Seperti ada yang aneh dengan sate
daging itu. Namun demikian, mereka mengira begitulah rasa daging sapi dengan
bumbu merah. Setelah saling pandang, mereka tetap saja melanjutkan makan sampai
selesai. Bahkan Ridwan dan Sri, anak kedua dan ketiga Partiyem sempat nambah
nasi. Kali ini Partiyem dan Narto yang tidak nambah. Rupanya anak tertua itu
tidak sanggup makan masakan itu, meskipun disebut sebagai daging. Baginya, sate
itu cukup menyiksa ujung hingga pangkal lidahnya. Sementara itu di rumah Bu
Karminto, Sang Suami teriak-teriak memanggil istrinya. Pak Karminto dan anaknya
sedang makan siang di meja makan yang di atasnya telah tersaji sate daging
bumbu merah. Dengan tergopoh-gopoh Bu Karminto menghampiri mereka. Pak Karminto
dengan nada menggelegar mencela Bu Karminto karena masakannya tidak bisa di
makan. Dia meminta agar Bu Karminto merasakan dan memakan masakan itu sendiri
sampai habis. Tak sudi Pak Karminto makan masakan itu. Anaknya juga pergi
meninggalkan meja makan. Sambil dirundung sedih, takut, dan heran Bu Karminto
mengambil satu tusuk sate. Dalam hati dia bertanya ada apa gerangan dengan
makanan itu. Dia mencoba mencicipi makanan itu dan astaga… dia berseru dalam
hati sambil meringis serta kedua matanya menyipit merasakan betapa pedas dan kecutnya
sate itu. Tidak ada rasa asin sama sekali.
0 Response to "PENTIGRAF: Partiyem Selama Lockdown (Part 3)"
Post a Comment