Tradisi Lebaran Ketupat Di PonPes Khomsani Nur Lumajang.
Perayaan Lebaran Ketupat
tahun ini tidak bisa semeriah dari tahun-tahun sebelumnya karena adanya pandemi
COVID-19. Adanya physical distancing memaksa umat muslim tak bisa leluasa
bersilaturahmi. Satu minggu setelah hari Raya Idul Fitri, masyarakat muslim di
Jawa Timur akan merayakan 'Riyoyo Kupat' atau yang dikenal sebagai 'Hari raya
Ketupat.
Ketupat biasanya dihidangkan
bersama dengan opor ayam. Ketupat Lebaran dihidangkan untuk menyambut
kedatangan kerabat, sanak saudara, hingga para tetangga. Namun ada pula
masyarakat yang mengantarkan ketupat ke rumah-rumah tetangga,Tetapi Untuk Tahun
Ini Kami Merayakannya Di Pondok Saja.
Alhamdulillah. Untuk Tahun
ini, Kami masih Bisa Merayakan Lebaran Ketupat Di PonPes Khomsani Nur. Dan Yang
Menarik Pada Perayaan Lebaran Ketupat ini Ialah adanya Pembagian Tugas, Yaitu
Para Santri Putra di Malam Sabtunya, Bertugas Membuat Ketupat yg Terbuat dari
Janur/anyaman daun kelapa.
Setelah Jadi Ketupat, Besok
paginya Santri Putri Bertugas Mengisi Ketupat dengan beras, lalu dikukus hingga
matang dan jadilah ketupat Lebaran. Sementara itu Ibu Pengasuh PonPes yang
Membuat Opor Ayam. Setelah Semuanya Siap, Lalu Ketupat Lebaran Dan Opor Ayam
Dapat Dimakan Bersama Sama. Adapun Makna Ketupat Yang Saya ketahui Dari
Pendapat Bapak Riyadi Dosen Sejarah Unesa ialah Meski tergolong sederhana,
Dalam bahasa Jawa, ketupat berarti 'ngaku lepat' atau mengaku bersalah.
"Ketupat menjadi simbol
“maaf” bagi masyarakat Jawa, yaitu ketika seseorang berkunjung ke rumah
kerabatnya, mereka akan disuguhkan ketupat dan diminta untuk memakannya.
Apabila ketupat tersebut dimakan, secara otomatis pintu maaf telah dibuka dan
segala salah serta khilaf antar keduanya terhapus"
Ayoeb Taufani Zaman.
0 Response to "Tradisi Lebaran Ketupat Di PonPes Khomsani Nur Lumajang. "
Post a Comment